: Saturday, July 3, 2010


Sebuah cerita kecil, semoga terinspirasi !

Cerita yang kudapat langsung dari sang tokoh utama. Cerita yang dapat menjadi inspirasi, terserah mau percaya atau tidak, tapi memang ini kisah nyata.
Hidup disebuah kota diujung sana, Bukit Tinggi, Sumatera Barat. Tinggal disebuah desa kecil bersama sang ayah dan ibunda tercinta. Ketika kecil ia hidup sederhana, sangat sangat sederhana atau malah dikatakan maaf, 'dibawah garis kemiskinan'. Ayahnya bekerja sebagai petani dan ibu bekerja diladang. Setiap hari selepas subuh menjelang sudah menjadi tuntutannya untuk mengeluarkan domba-domba kepunyaan 'majikan' ayahnya dan mengantarkannya ke ladang juga tak lupa untuk memberi makan begitu juga selepas pulang sekolah sudah menjadi kewajibannya untuk menggembalakan domba-domba tersebut. Selagi menggembala ia tak lupa membawa buku untuk belajar. Ia anak yang rajin dan tekun. Setelah langit berubah menuju petang, ia antarkan kembali sang domba-domba menuju rumahnya.

Memang keluarganya benar-benar sederhana. Buktinya saja, ibunya tak mengenal kan dia dengan 'celana dalam'. Sebuah cerita lucu dari masalah itu terangkai ketika ia duduk dibangku sekolah dasar. Saat itu, waktunya dia untuk melakukan olahraga bersama guru dan teman-temannya. Kebetulan celana olahraga yang ia punya kebesaran, sehingga ia ikat dengan sebuah tali. Saat olahraga, gurunya menyuruh dia dan temannya untuk meloncat dan tepat! pada saat itu celananya yang kebesaran itu merosot, dan spontan saja teman-temannya dan guru-gurunya mentertawakan dia karena dia tidak menggunakan celana dalam. Tak bisa dibayangkan keadaan saat itu lebih-lebih guru yang dia kenal super killer tertawa terbahak-bahak melihatnya. 'Ampun' saat itu ia menceritakannya.

Ketika ia mulai beranjak menjadi seorang remaja dewasa (loh maksudnya?), ia duduk dibangku SMA. Saat itu ia selalu menduduki peringkat dua dikelasnya salah satu musuh terbesarnya adalah teman perempuannya yang menduduki peringkat 1. Yah bukan musuh sebernanya, tapi ia susah sekali untuk mengalahkan perempuan itu.
Ia pun lelaki yang normal pada saat usianya beranjak remaja lalu dewasa ia menyukai seorang perempuan namun itu tidak berlangsung begitu lama karena ia sadar, ia adalah seorang pelajar, ia harus belajar dan fokus terhadap target-targetnya.Ia sadar bahwa ia terlahir dari keluarga yang tidak berkecukupan. Ia melihat teman-temannya seolah-olah mereka menganggap rendah dia, sehingga ia berjanji "IA AKAN MENGANGKAT MARTABAT KELUARGANYA, TUNGGU SAJA DAN LIHAT NANTI!" , ujarnya.

Menjadi seorang pelajar disebuah sekolah desa kecil tidak mengurungkan niatnya untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi di KotaBandung. Walaupun ayah dan ibunya pun bingung bagaimana untuk membiayai anak tercintanya. Akhirnya ayahanda tercinta menjual sepetak sawah kepunyaannya satu-satunya.

Akhirnya ia pergi juga ke kota besar itu. Sebelumnya ia telah persiapkan sepenuhnya. Tasnya penuh dengan pakaian dan buku-buku ia jinjing dengan 2buah keresek besar, mengenakan kemeja lusuh, dan yang tak dibayangkan ia menggunakan sepasang sendal jepit yang salah satunya telah lepas yang ia sambung menggunakan sebuah tali. Miris, tapi itulah perjalanan hidupnya yang harus ia hadapi.
Berasal dari kampung, sang ibu begitu cemas akan uang yang ia bekali terhadap sang anak tercinta, karena takut hal yang tidak-tidak terjadi uang yang akan menjadi bekal di bungkus dengan kertas-kertas juga kresek lalu sang anak selipkan di antara ikat pinggang dan celananya. Setelah beres semua, ia berpamitan kepada ayah dan ibu tercinta. Sang ayah dan ibu pun tak lupa menyampaikan petuah-petuahnya.

Dua bulan sebelum diadakannya tes, ia telah pergi merantau ke kota tersebut. Tiba dikota Bandung, ia tak tahu harus kemana. Yang ia tahu Jalan Ganesha tujuan utamanya, namun jalannya dimanapun ia tak tahu hanya sekedar 'tahu'. Dengan bermodal keberanian ia bertanya pada orang-orang, yang pada akhirnya ia menumakannya. Tiba disana ia senang sekali Universitas yang telah ia idam-idamkan telah berdiri dihadapannya. Ia melihat sebuah ruangan disalah satu gedung tersebut terbuka ia langsung berlari kesana dan duduk disana. Ia duduk dengan dada tegap dan berbicara pada hati nuraninya, "aku kan menjadi mahasiswa *****", keyakinannya begitu dalam.
Setelah itu, ia tidak tahu harus kemana. Yang lebih bingung ia tak tahu harus bermalam dimana, lalu ia melihat sebuah mesjid, Mesjid Salman. Ia beranjak dan pergi ke mesjid tersebut kebetulan ia belum menunaikan salat.

Saat itu langit semakin gelap, sedangkan ia tidak tahu harus bermalam dimana. Yang akhirnya ia berkeputusan untuk bermalam di teras mesjid tersebut. Bangku-bangku yang berjajar ia satu2kan ia jadikan alas tidur. Ia keluarkan buku-buku yang ia telah bawa dari kampung, lalu belajar dan ketika lelah telah menguasai dirinya ia tertidur lelap. Esoknya, Secara tidak disadari seorang bapak yang belum terlalu tua mengamati ia dari jauh. Lalu perlahan-lahan sang bapak menghampirinya. Ia kaget, yang ada difikirannya sang bapak akan menegurnya karena ia telah bermalam di mesjid. Sang bapak bertanya mengenai dirinya dan maksud serta tujuannya akhirnya ia menjelaskan apa maksud dan tujuannya kepada bapak tersebut. Ternyata sang bapak bersikap ramah juga merespon ia dengan baik. Dan tak diduga sang bapak menawarkan sebuah kamar disalah satu asrama,kamar itu kosong setelah seorang mahasiswa melakukan bunuh diri dikamar tersebut.
Sang bapak menawarkan kamar tersebut dengan harga miring, jika tidak salah harga sewa kamar tersebut 10000 per bulan pada saat itu, harganya 75% lebih murah di banding dengan harga normal. Akhirnya dengan tak fikir panjang, ia menerima tawaran itu. Tak peduli dengan latar belakang kamar tersebut, yang ada dalam fikirannya adalah ia telah mempunyai tempat untuk beristirahat dan belajar.

Hari demi hari ia jalani, belajar dan belajar. Hingga suatu hari ia mendapat berita bahwa sang ayahanda tercinta meninggal dunia. Berita itu cukup merapuhkan jiwanya , ia tak bisa pulang. Tapi berita itu pula tidak membuat dia terus berlarut-larut dalam kesedihannya. Karena peristiwa itu lebih membangkitkan semangat nya untuk membuktikan kepada sang ayahanda tercinta terhadap mimpi-mimpinya.

Akhirnya waktu yang ditunggu pun tiba, ia mengikuti tes sebagaimana mestinya. Lancar dan hasilnya? Ia diterima di salah satu jurusan yang menjadi idam-idaman banyak orang. Saat itu ia menjalani kehidupan menjadi seorang mahasiswa. Kadang kala ia berjualan kerudung (pada saat itu kerudung belum terlalu booming) untuk memenuhi kebutuhannya. Ia jajakan kepada mahasiswi-mahasiswi dengan rayuan-rayuannya. Namun pada suatu ketika, keuangan benar-benar menjadi masalah utama dia. Makin hari uangnya semakin tidak mencukupi, sang ibupun khawatir. Namun ia tidak ingin memberi beban kembali pada sang ibu tercinta, ia mengabarkan bahwa ia mendapatkan beasiswa dari universitas tersebut sehingga ibu tak perlu khawatir dengan masalah keuangan, padahal beasiswa darimana? kalimat itu terlontar begitu saja karena tak ingin membuat sang ibu khawatir dengannya. Ia berfikir bagaimana cara nya untuk memenuhi kebutuhannya. Dan tak disangka-sangka, seorang dosen menawarkan ia untuk menjadi guru private ke dua anaknya. Memang Allah selalu mengetahui apa yang sedang dibutuhkan oleh hamba-Nya. Tentu saja ia menerima tawaran tersebut yang akhirnya dari penghasilan tersebut dapat membantu ia untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Ke dua anak yang ia ajari tersebut sekarang telah menjadi mahasiswa di universitas dan jurusan ternama, berkat bantuannya. Dan setelah lulus dan bekerja akhirnya kini ia bisa membuktikan impiannya ntuk mengangat martabat keluarganya, pergi berumuroh dengan sang ibu ter cinta dan juga mempunyai sang istri solehah serta dikarunia dua orang anak perempuan dan laki-laki yang cerdas. Sebuah perjalanan hidup yang tak mudah, namun berakhir bahagia.

readers
copyright © ASTRID'S STORIES
"♫Fun. - We Are Young (feat. Janelle Monae)"
-